TIMES BATU, MALANG – Momen lebaran yang paling ditunggu oleh masyarakat selain silaturahmi dan berkumpul keluarga, yakni juga kebersamaan menikmati jajan atau kue lebaran.

Kue khas lebaran tersebut, seperti Nastar, Kue Salju hingga Kastengel menjadi ciri khas dan suguhan di ruang tamu guna menyediakan keluarga besar maupun tetangga yang berkunjung.

Memanfaatkan momen lebaran ini, warga binaan Lapas Perempuan Kelas II A Malang memproduksi segala jenis kue khas lebaran dan  memasarkannya ke berbagai wilayah di Indonesia.

Kepala Lapas Perempuan Kelas II A Malang, Tri Anna Aryati mengatakan, sudah sejak sekitar tahun 2016 para warga binaan diberikan bekal pengajaran produksi kue khas lebaran ini.

Beberapa warga binaan pun memanfaatkan kegiatan tersebut hingga memproduksi sendiri kue khas lebaran dan memasarkannya ke berbagai wilayah melalui mulut ke mulut dan juga media sosial.

"Awalnya itu pemasaran di kalangan lapas sendiri ya dari mulut ke mulut. Jadi ada tamu kita cobain terus tertarik dan terus memesan. Lalu kita juga ada Instagram, jadi masyarakat bisa memesan lewat situ juga," ujarnya belum lama ini.

Pesanan produk yang diberi nama The Lapang, kepanjangan dari Lapas Perempuan Malang, ini sampai ke Lapas Jakarta. "Paling jauh ke Lapas Jakarta, itu sampai ke keluarga mereka. Jadi pernah ke sini terus kita cobain, akhirnya terus memesan," ungkapnya.

Untuk harga dibandrol beragam, mulai dari produk kue kacang per 300 gram dengan harga Rp 35 ribu hingga Nastar yang dibandrol per ons Rp 20 ribu.

Selain memproduksi, The Lapang sendiri juga menyediakan pesanan paket dalam bentuk parcel yang memang diproduksi saat menjelang momen lebaran saja. "Untuk paket tergantung yang pesan ya. Mau dibuat parcel seperti apa atau dibungkus sederhana karena kita kirim jauh. Itu tergantung mereka dan kita siap menyediakan," katanya.

Dalam momen lebaran di tahun 2021 ini, kata Tri, sudah sekitar ada 20 parcel yang telah dikirimkan sejak mulai produksi pada pertengahan bulan Ramadan tahun 2021 ini.

"Sudah ada 20 parcel dengan berbagai macam kue khas lebaran sesuai pesanan mereka," imbuhnya.

Untuk hasil dari penjualan, lanjut Tri, nantinya akan masuk dalam Premi masing-masing warga binaan yang akan disetorkan dalam tabungan mereka.

"Teman-teman yang memproduksi di sini itu dapat premi. Semakin banyak kita menjual, premi buat teman-teman langsung masuk tabungan mereka. Kita juga operasikan mulai jam 8 sampai jam 3 selama bulan puasa, hari Senin sampai Jumat," ungkapnya.

Sementara itu, salah satu warga binaan yang membuat kue lebaran, Chatrine menyebut jumlah produksi setiap tahunnya selalu berbeda. Akan tetapi pada momen lebaran di tahun 2021 ini memang menurutnya paling banyak pesanan, karena memang sudah menyebar ke masyarakat luas.

"Tahun lalu sedikit sepi (produksi), tapi tahun ini lumayan banyak. Jadi sehari kita bisa buat sekitar 4 kilogram atau sekitar 6 kota per hari sesuai pesanan," tuturnya.

Perempuan asal Afrika Selatan yang sudah sejak 2016 lalu menjadi warga binaan Lapas Perempuan Kelas II A Malang. Dia merasa senang dengan kebanjiran pesanan kue tersebut.

Menurutnya memang semakin banyak pesanan, semakin semangat dia dan teman-teman lainnya memproduksi dan tak merasakan waktu yang lama.

"Senang banget saya kalau banyak orderan. Jadi waktu itu gak terasa kan," katanya.

Untuk kue lebaran yang favorit dipesan, adalah Nastar dan Kastengel. "Tahun-tahun lalu itu memang hanya ada nastar, kenari dan kastengel. Tapi sekarang ada kue kacang, donut hingga choco cips dan masih banyak lagi variannya," pungkasnya. (*)