https://batu.times.co.id/
Berita

Aktivitas Gunung Tangkuban Parahu Menurun, Namun Potensi Erupsi Freatik Masih Diwaspadai

Kamis, 05 Juni 2025 - 13:33
Aktivitas Gunung Tangkuban Parahu Menurun, Namun Potensi Erupsi Freatik Masih Diwaspadai Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu tanggal 4 Juni 2025. (ANTARA/HO Badan Geologi)

TIMES BATU, BANDUNG – Aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu, yang berada di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dan Subang, Jawa Barat, menunjukkan penurunan intensitas setelah sempat mengalami lonjakan kegempaan signifikan.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, menyampaikan bahwa berdasarkan hasil pemantauan hingga Rabu (4/6), jumlah gempa berfrekuensi rendah (low frequency) tercatat sebanyak 134 kali. Angka ini menurun drastis dari catatan sehari sebelumnya yang mencapai 270 kejadian.

Meski demikian, status gunung api dengan sembilan kawah tersebut masih berada pada Level I (Normal). Penurunan aktivitas kegempaan ini dianggap sebagai indikasi perubahan dinamika internal, namun belum menghilangkan seluruh potensi bahaya.

“Penurunan jumlah gempa menunjukkan ada dinamika baru, namun belum menghilangkan risiko. Aktivitas vulkanik masih perlu dipantau ketat,” ujar Wafid di Bandung, Kamis (5/6/2025).

Sebelumnya, sejak 1 Juni 2025, Gunung Tangkuban Parahu menunjukkan tren peningkatan jumlah gempa. Tercatat 100 kejadian pada 1 Juni, kemudian naik menjadi 134 pada 2 Juni, dan memuncak di angka 270 pada 3 Juni. Gempa-gempa tersebut diduga berkaitan erat dengan pergerakan fluida di zona dangkal tubuh gunung.

Selain itu, pengamatan visual juga menunjukkan peningkatan aktivitas berupa asap putih yang keluar dari Kawah Ratu dengan ketinggian antara 5 hingga 150 meter. Fumarola di kawah utama tersebut juga lebih aktif dibandingkan Kawah Ecoma, dengan tekanan hembusan yang bervariasi dari lemah hingga sedang.

Meski terjadi penurunan gempa, alat pemantau deformasi seperti EDM dan GNSS masih mendeteksi adanya pola inflasi atau penggembungan tubuh gunung. Kondisi ini menandakan adanya akumulasi tekanan di bawah permukaan yang dapat memicu erupsi freatik secara tiba-tiba, tanpa gejala awal yang mencolok.

“Inflasi menunjukkan tekanan masih ada di bawah. Erupsi freatik bisa terjadi kapan saja jika tekanan tersebut tidak terlepas secara alami,” jelas Wafid.

Sementara itu, hasil pemantauan gas dengan instrumen Multi-GAS belum menunjukkan perubahan signifikan pada komposisi gas-gas vulkanik seperti rasio CO₂/SO₂, CO₂/H₂S, maupun kadar SO₂ dan H₂S. Meski demikian, konsentrasi gas masih fluktuatif dalam batas normal.

Atas kondisi tersebut, masyarakat dan wisatawan diimbau untuk tidak mendekati area kawah aktif, menghindari berlama-lama di sekitar puncak, serta segera meninggalkan lokasi jika terjadi peningkatan hembusan atau muncul bau gas menyengat.

Pemerintah daerah dan BPBD juga diminta untuk tetap menjalin koordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Api Tangkuban Parahu di Desa Cikole dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung.

“Pemantauan akan terus dilakukan secara berkala. Masyarakat diminta tetap tenang, tidak terpancing isu hoaks, dan mengikuti arahan resmi dari otoritas,” tegas Wafid.

Gunung Tangkuban Parahu merupakan salah satu gunung api aktif di Jawa Barat yang memiliki sembilan kawah. Dua kawah utama—Kawah Ratu dan Kawah Upas—berada di bagian puncak dan sering menjadi sumber erupsi freatik yang bersifat tiba-tiba dan bertekanan tinggi. (*)

Pewarta : Antara
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Batu just now

Welcome to TIMES Batu

TIMES Batu is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.