https://batu.times.co.id/
Berita

Trans Jatim Gajayana Menembus Keraguan Geliatkan Transportasi Publik

Selasa, 09 Desember 2025 - 11:57
Trans Jatim Gajayana Menembus Keraguan Geliatkan Transportasi Publik Trans Jatim menggaet minat masyarakat untuk kembali menggunakan transportasi public. (Foto: Muhammad Dhani Rahman/TIMES Indonesia)

TIMES BATU, BATU – Perhatian publik Malang Raya tersita dengan kehadiran angkutan public baru, bus Trans Jatim Gajayana. Sebanyak 15 armada bus melayani masyarakat Malang Raya, sejak hari Kamis, 20 November 2025 lalu dengan rincian 7 armada di Kota Malang, 7 Armada di Kota Batu dan 1 bus Cadangan.

Media massa pun gencar memberitakan beroperasinya moda transportasi baru. Mulai dari murahnya tiket, antrian naik bus yang panjang, cara membayar tiket menggunakan tap Qris hingga fenomena masyarakat mencoba bus baru ini. 

TIMES Indonesia mencoba menjadi penumpang bus. Minggu (7/12/2025) suasana Terminal Batu masih lengang. Waktu masih menunjukkan pukul 06.45 WIB. Sepanjang jalur pemberangkatan terlihat deretan Mobil Penumpang Umum (MPU) yang siap mengantarkan penumpang ke berbagai tujuan.

Namun kerumunan penumpang justru terlihat di ruang tunggu untuk penumpang bus. Disini terlihat satu unit bus AKDP (Antar Kota dalam Provinsi) dan satu unit bus Trans Jatim. “Monggo-monggo, langsung naik saja, tidak usah ambil antrian,” ujar salah seorang pegawai Dishub Provinsi Jatim dengan ramah.

Trans-Jatim-b.jpg

TIMES pun langsung naik, ternyata di dalam sudah full penumpang. Uniknya sebagian besar penumpangnya berseragam. “Iya kami anggota PKK, kita berombongan, ingin merasakan naik bus Trans Jatim,” ujar Santi, warga Kelurahan Sisir, Kota Batu.

Tempat duduk yang nyaman dan bersih, membawa aura wisata. Kaca jendela bus yang besar dan luas, memberikan pemandangan yang lega. Tidak berselang lama, datang kondektur berpakaian rapi menarik tiket ke penumpang. “Lima ribu saja, bayar dengan uang pas, atau dengan Qris,” ujar kondektur muda ini dengan ramah.

Bus Trans Jatim ini meluncur tenang melewati rute jalan alternatif melewati Desa Oro-Oro Ombo, Tlekung tembus Junrejo dan memasuki wilayah Kabupaten Malang melalui Desa Sumbersekar dan keluar kembali ke jalan utama di wilayah Sengkaling menuju Kota Malang.

Ternyata tidak semua masyarakat memahami kalau bus ini hanya berhenti di Halte atau di Terminal Bus. Di jalan masih ditemukan ada penumpang yang mengulurkan tangannya untuk memberhentikan bus ini. Guna memudahkan penumpang, pemerintah sudah menyiapkan aplikasi Transjatim AJAIB yang bisa dipantau penumpang secara online.

Platform digital resmi dari Pemprov Jatim untuk layanan Transjatim ini berisi segala informasi tentang bus ini. Mulai dari letak halte, informasi jadwal kedatangan bus, hingga informasi posisi bus terdekat dengan jumlah penumpang didalamnya, bisa terpantau secara online.

“Aplikasi yang saya bisa unduh di playstore ini sangat memudahkan saya, membuat saya mengetahui kapan bus datang, termasuk saya bisa memperkirakan bus ini penuh penumpang atau tidak saat sampai di halte,” ujar Ira Puspita, mahasiswa Universitas Negeri Malang kepada TIMES.

Bus terus berjalan, hingga tidak terasa, bus mampir di dua terminal yakni di Terminal Landungsari dan Terminal Madyopura Kota Malang, butuh waktu kurang lebih 2 jam (jika arus lalu lintas lancar) untuk sampai di Terminal Hamid Rusdi, Kedung Kandang, Kota Malang.

Keberadaan bus Trans Jatim ini memang menggeliatkan kembali Terminal Hamid Rusdi yang mati suri. Terminal yang dibangun tahun 2009 dan menghabiskan anggaran Rp 59 miliar, kembali menunjukkan tanda-tanda kehidupannya.

Deretan kursi ruang tunggu yang biasanya kosong, kini terisi. Pedagang cilok, penjual kopi keliling memanfaatkan momen ramainya terminal untuk berjualan. Termasuk pengemudi MPU juga ikut kecipratan rejeki.

“Saya ngantarkan rombongan, lumayan kecipratan rejeki, mereka minta diantarkan ke sini,” ujar Supriyanto salah satu pengemudi MPU. Ia mengakui sebenarnya MPU yang dikendarainya ini tidak melewati rute Terminal Hamid Rusdi. “Mikrolet (MPU-red) yang harusnya melewati rute ini jalur MT, tapi sudah tidak ada MPU nya, hanya ada dua unit saja yang masih hidup saat ini,” ujarnya.

Curhatan pun meluncur deras dari mulut Supriyanto. Ia mengisahkan beratnya perjuangan melawan modernisasi transportasi online, hingga belum adanya kebijakan pemerintah yang berpihak kepada mereka. 

Disisi lain, armada yang mereka kemudikan sudah sangat tua. Belum ada peremajaan armada mulai MPU diresmikan penggunaannya oleh pemerintah pada bulan April tahun 1997 menggantikan transportasi Bemo. 

“Armada kami sudah tua, tentu menjadi pertimbangan penumpang. Belum lagi kami terbatasi jalur, tidak bisa bebas mengantarkan penumpang kemana saja, berbeda sekali dengan angkot online yang tidak terbatas jarak,” ujar Supriyanto.

TIMES sendiri akhirnya memilih naik MPU yang dikemudikan Supriyanto karena banyaknya antrian naik bus Trans Jatim di Terminal Hamid Rusdi. “Tunggu dua bus lagi ya, antriannya sudah penuh,” ujar petugas Dishub dengan ramah.

Naik MPU yang dikemudikan Supriyanto tentu sangat berbeda dengan naik Trans Jatim. Jika saya harus ke Kayoe Tangan, jika naik Trans Jatim dari Terminal Hamid Rusdi, cukup naik sekali. Sementara naik MPU, TIMES harus naik dua kali MPU berganti jalur.

Euforia menikmati bus Trans Jatim memang luar biasa. Masyarakat Malang Raya berbondong-bondong naik moda transportasi ini. Bukan hanya pribadi, tapi juga banyak kelompok masyarakat yang bersama-sama naik bus Trans Jatim ini.

Tak heran, TIMES kesulitan bisa pulang kembali ke Kota Batu naik Trans Jatim di hari minggu ini. “Saya sudah berjam-jam menunggu disini (Halte Trans Jatim Kayoe Tangan) tapi tidak ada bus yang berhenti karena penuh, mau naik MPU harus jalan kaki ke pangkalan,” ujar Gendis, salah seorang penumpang yang akan menuju Kota Batu.

TIMES juga mengalami hal tersebut, hingga berjam-jam tidak ada bus Trans Jatim yang berhenti di Halte Kayoe Tangan karena penuh, hingga akhirnya TIMES memutuskan berjalan kaki menuju ke rute MPU yang akan membawa ke Landungsari.

Kondisi saat ini sudah sangat berbeda, jika dahulu MPU jurusan Landungsari selalu siap menunggu di sisi Alun-Alun Malang, kini hal itu tidak terlihat lagi. DItunggu cukup lama, MPU juga tidak terlihat.  Hingga akhirnya TIMES lagi-lagi harus berjalan kaki, menuju kawasan Talun Es, baru disini ada MPU menuju Landungsari. 

Beberapa waktu lalu, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur, Nyono, menegaskan kepada TIMES Indonesia, bahwa konsep utama dari kehadiran Trans Jatim adalah mengalirkan penumpang ke moda-moda transportasi lanjutan atau feeder, khususnya angkot.

Menurutnya, Trans Jatim bukan dirancang untuk mematikan angkot, melainkan menjadi pengumpan utama yang memastikan angkot tetap mendapatkan limpahan penumpang.

“Trans Jatim itu ibarat pipa air besar. Kalau pipa besarnya berisi dan mengalir, otomatis pipa-pipa kecil ikut teraliri,” tegas Nyono.

Ia menjelaskan, pipa besar itu adalah Trans Jatim yang berjalan dengan dukungan anggaran Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Dengan arus penumpang yang terus mengalir, maka feeder-feeder seperti angkot dipastikan mendapatkan rezeki baru.

“Air di pipa besar itu tidak berhenti karena anggaran Trans Jatim terus mengalir. Jadi feeder angkot akan ikut terisi dan bergerak,” katanya. 

Disisi lain keberadaan Trans Jatim ini memang menimbulkan keraguan di kalangan pengemudi. Ketua Organda Kota Batu, Totok Adi Muntholib mempertanyakan kelaikan bus, hingga kekhawatiran pengemudi Angkot kehilangan penumpangnya. 

Tidak bisa dipungkiri, Trans Jatim memang bisa menjadi magnet yang menembus keraguan dan bisa mengeliatkan transportasi public yang mati suri, namun tetap harus terus dilakukan pembenahan-pembenahan agar transportasi public kembali bergairah.(*)

Pewarta : Muhammad Dhani Rahman
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Batu just now

Welcome to TIMES Batu

TIMES Batu is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.